Pada zaman kamera masih memakai film dan
belum menggunakan rangkaian pembantu elektronik, untuk bisa memotret
dengan baik, diperlukan pemahaman teori fotografi yang matang. Secara
umum, teori fotografi ini melingkupi cara kerja rana dan diafragma pada
kamera, pemahaman akan panjang fokal lensa, pemahaman akan kepekaan
rekam film serta pemahaman akan komposisi.
Pada era digital, sebagian besar teori
fotografi sudah diambil alih “komputer” pada kamera. Namun, pada era
digital pula makin banyak kesalahan baru yang timbul.
Kesalahan-kesalahan baru ini timbul karena realitas elektronik dan
digital yang juga barang baru di muka bumi ini.
Perusahaan Panasonic telah melakukan survei atas kesalahan-kesalahan pemula yang hasilnya sebagai berikut:
Kesalahan tertinggi pada pemakai kamera digital, yaitu sampai 35,2 persen, adalah baterai habis.
Kamera digital memang hanya bekerja kalau
ada baterai di dalamnya. Maka, kamera digital yang laris umumnya punya
baterai yang awet, minimal bisa untuk 500 kali pemotretan.
Kesalahan pemula yang menduduki
peringkat kedua adalah gambar kabur akibat kamera bergoyang saat
digunakan, yaitu mencapai 29,3 persen.
Goncangan kamera alias camera shake
memang kesalahan pemakai. Namun, kamera yang baik akan meminimalkan hal
ini dengan bentuknya yang ergonomis dan kecepatan rana yang lebih
tinggi.
Gambar kabur akibat goyangan
subyek yang difoto juga mendominasi hasil survei, yaitu dengan 22,7
persen. Kesalahan ini adalah akibat pemakai salah memperkirakan
kecepatan rananya.
Untuk dua kesalahan tersebut, perusahaan
Panasonic telah mengatasinya dengan fasilitas ISO otomatis dalam
kamera-kamera terbaru mereka. Dengan fasilitas ini, sebuah kamera akan
menaikkan setelan ISO kalau mendeteksi kemungkinan adanya goyangan.
Dengan naiknya ISO, otomatis kecepatan rana ikut naik.
“Time lag”
Kesalahan pemula yang persentasenya menduduki nomor tiga adalah
terlambatnya memotret adegan akibat kelambatan sang kamera bereaksi. Hal
ini lazim disebut time lag, yaitu jeda antara saat rana ditekan dan
saat kamera bereaksi. Mungkin time lag adalah masa lalu karena saat ini
kamera yang beredar umumnya sudah punya reaksi cepat.
Kesalahan yang juga cukup tinggi
terjadinya, dengan persentase 16,8 persen, adalah salah fokus. Kesalahan
ini umumnya menyangkut focusing pit alias fokus lari ke bidang nun jauh
di sana. Oleh Panasonic, kesalahan ini dieliminasi lewat kemampuan
kamera mencari fokus ke wajah manusia terdekat alias fasilitas face
detection.
Kesalahan-kesalahan lain hasil survei adalah:
- foto terlalu gelap (19,3 persen),
- memori penuh (16,5 persen),
- foto terlalu terang (12,2 persen),
- salah white balance (6,8 persen),
- salah penyetelan piksel (10 persen),
- salah kecepatan rana (5,4 persen), dan
- salah ISO (3,7 persen).
Di masa mendatang, kalau semua kesalahan sudah bisa diatasi, mungkin siapa pun bisa menghasilkan foto yang bagus secara teknik.
Namun, kembali ke realita bahwa foto
bukanlah matematika, foto bagus atau foto buruk secara isi akan terjadi
karena faktor ini tidak bisa digantikan komputer seperti apa pun.
Fotografi memang sudah menjadi realita kehidupan modern, bukan lagi hobi atau profesi semata.